Subscribe:

Labels

Selasa, 23 November 2010

PENGOMPOSAN

METODE PENGOMPOSAN
Berdasarkan prosesnya, beberapa metode pengomposan yang dapat dikembangkan antara lain :

a) Pengomposan dengan proses anaerobic
Merupakan proses pengomposan yang tidak memerlukan oksigen. Pengomposan ini biasanya dilakukan dengan diperam dalam tanah, dimasukkan tempat yang tertutup rapat, dsb. Proses pengomposan ini biasanya membutuhkan waktu total sekitar 3-4 bulan atau lebih.


b) Pengomposan dengan proses aerobic
Merupakan proses pengomposan yang memerlukan oksigen. Pengomposan ini biasanya dilakukan dengan membuat terowongan (windrow) yang akan melewatkan udara dingin yang mengandung oksigen, sehingga terjadi pelapukan sampah. Proses pengomposan ini biasanya membutuhkan waktu yang lebih pendek daripada proses pengomposan secara anaerobic, yaitu sekitar55hari.

c) Pengomposan dengan proses fermentasi menggunakan EM4 (bioactivator)
Merupakan metode pengomposan dengan bantuan zat EM4 untuk fermentasi dan waktu pengomposan dapat dipercepat sehingga hanya memerlukan waktu 3-4 hari dan bahkan bisa ekspress 24 jam. Salah satu metode ini juga dikenal dengan nama BOKASHI. Ada 3 macam BOKASHI yaitu BOKHASI Biasa, BOKHASI Pupuk Kandang Tanah dan BOKASHI Ekspress.

d) Pengomposan dengan menggunakan cacing (Vermi Composting)
Merupakan proses pengomposan yang menggunakan cacing. Dalam proses ini sampah-sampah yang mengandung bahan organik akan menjadi bahan makanan cacing dan kompos akan dihasilkan dari kotoran-kotoran hasil pencernakan cacing tersebut. Metode ini telah berhasil dikembangkan di Bandung (oleh Ir. Budi Listyawan, PT.Kartika Pradiptaprisma) dalam berbagai skala yaitu skala Rumah Tangga atau Modul Persada dengan jumlah sampah terserap 0,10 m3/hari, Modul Alam dengan sampah terserap 0,50 m3/hari, Modul Asri dengan sampah terserap 2 m3/hari, Modul Lestari dengan sampah terserap 10 m3/hari dan skala Kawasan dengan sampah terserap 15m3/hari

KEUNTUNGAN PEMBUATAN KOMPOS
Selain mengurangi jumlah sampah, ada beberapa keuntungan dalam pemanfaatan sampah untuk kompos ini, yaitu :




a) Keuntungan pembuatan kompos untuk lingkungan :
§ Mengurangi tumpukan sampah yang akan mencemarkan udara, tanah, sumber air
§ Memberikan kemudahan untuk proses daur ulang, begitu pula kualitas hasil daur ulang lebih baik karena tidak tercemari sampah organic
§ Memperbaiki tekstur tanah sehingga menjadi media tumbuh yang lebih baik
§ Bisa dimanfaatkan untuk penghijauan sehingga udara kota terasa segar

b) Keuntungan pembuatan kompos untuk masyarakat:
§ Menciptakan lapangan kerja
§ Memungkinkan dibuat system pertanian dengan lahan sempit dengan memanfaatkan kompos sebagai media tumbuh
§ Memberi keamanan kerja bagi lapak dan pemulung yang berperan penting dalam system daur ulang

c) Keuntungan pembuatan kompos bagi Pemerintah Daerah
§ Mengurangi biaya operasional untuk pengumpulan, pengangkutan dan pengelolaan TPA sampah
§ Menambah umur TPA sampah, mengurangi jumlah timbunan sampah dan juga mengurangi kebutuhan lahan untuk TPA sampah.


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGOMPOSAN

Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30 :1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumberenergi dan menggunakan N untuk sintesisprotein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.


Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 60o C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60o C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
Kandungan bahan berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

0 komentar:

Posting Komentar