Subscribe:

Labels

Senin, 15 November 2010

BAB 9 AGAMA DAN MASYARAKAT

BAB 9
AGAMA DAN MASYARAKAT
            Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan social, argumentasi rasional tenttang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulakan relegi, dan sila Ketuhanan Yang maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
            Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-hal yang normative atau menunjuk pada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan. Karena latar belakang social yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula. Keutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaan berbeda-beda, kadang kala kepentingannya dapat tercermin atau tidak sama sekali. Karena itu  kebhinekaan kelompok dalam masyarakat akan mencerminkan perbedaan jenis kebutuhan keagamaan. Timbul hubungan dua arah, tidak hanya kondisi social saja yang menyebabkan lahir dan menyebarnya ide sera nilai-nilai, tetapi bila ide dan nilai itu telah terlembaga, maka akan mempengaruhi .
            Salah satu kasus akibat tidak terlembaganya  agama adalah “anomi”, yaitu keadaan disorganisasi social dimana bentuk social dan kultur yang telah mapan menjadi ambruk. Hal ini, pertama, disebabkan oleh hilangnya solidaritas apabila kelompok lama dimana individu merasa aman dan responsif dengan kelompok tersebut cenderung ambruk. Kedua, hilangnya konsensus atau tumbangnya persetujuan terhadap nilai-nilai dan norma (bersumber dari agama) yang memberikan arah dan  makna bagi kehidupan kelompok.
1.      Fungsi Agama
Untuk mendisusikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek pentingg yang selalu dipelajari, yaitu kebudayaan, system social, dan kepribadian. Ketiga aspek tersebut merupakan kompleks fenomena social terpadu yang pengaruuhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan, sejauh mana fungsi lembaga agama dalam memelihara system, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan sebagai suatu system, dan sejauh manakah agama dalam mempertahankan kesimbangan melakukan fungsinya. Pertanyaan itu timbul sebab, sejak dulu sampai saat ini, agama itu masih ada dan mempunyai fungsi, bahkan memerankan sejumlah fungsi.
Aksioma teori fungsional agama adalah segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap dengan sendirinya, karena agama dari dulu sampai saat ini masih ada, mempunyai fungsi, dan bahkan memerankan sejumlah fungsi. Teori fungsionalis agama juga memandang kebutuhan “sesuatu yang mentransendensikan pengalaman” (referensi transcendental) sebagai dasar dari karakteristik dasar eksistensi manusia meliputi: Pertama, manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian; hal penting bagi keamanan dan kesejahteraan manusia berada diluar jangkauannya. Kedua, kesanggupan manusia untuk mengendalikan dan mempengaruhi kondisi hidupnya terbatas, dan pada titik dasar tertentu kondisi manusia dalam kaiatn konflik antara keinginan dengan lingkungan ditandai oleh keetidak berdayaan. Ketiga, manusia harus hidup bermasyarakat, dimana ada lokasi yang teratur dari berbagai fungsi, fasilitas, dan ganjaran.
2.      Pelembagaan Agama  
Agama begitu universal, permanen (langgeng), dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. Hal yang perlu dijawab dalam memahami lembaga agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama. Kaitan agama dengan masyarakat dapat  mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggammbarkan  sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954)

a.      Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-Nilai Sakral
1)      Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral kedalam system nilai masyarakat secara mutlak.
2)      Dalam lembaga lain selain keluarga relative belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara keseluruhan.
b.      Masyarakat-masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada system nilai dalam tiap  masyarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sacral dan yang secular itu sedikit-banyaknya masih dapat diibedakan.

            Tampilnya organisasi agama adalah akibat dari adanya “perubahan batin” atau keadaan beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokaasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan dan sebagainya. Agama menuju ke pengkhususan fungsional. Pengaitan agama tersebut mengambil bentuk dalam berbagai corak organisasi keagamaan.

0 komentar:

Posting Komentar